Senin, 18 April 2011

AHM : Kekuatan Ekonomi Tersembunyi di Desa

SANANA, PMPotensi Ekonomi di Kabupaten Kep Sula banyak yang tersembunyi di pedesaan. Dan untuk mengairahkan ekonomi kerakyatan itu diperlukan peluang pengembangan usaha sektor riil berbasis desa.“Sektor riil berbasis desa, di antaranya produk-produk pertanian yang merupakan sektor usaha masyarakat yang mampu bertahan kendati terjadi krisis ekonomi,” kata Bupati Kep Sula, Ahmad Hidayat Mus, kepada Posko Malut, via ponsel, kemarin.
Bupati Kep Sula AHM
Untuk peningakatan potensi, terang Bupati AHM, pemda Kep Sula kedepannya telah mencanangkan Gerakan Satu Desa Satu Produk atau One Village One Product (OVOP). “Kita tinggal mensinergiskan dengan program daerah, karena tujuannya sama mengangkat perekonomian di pedesaan,” terangnya.

Dia menjelaskan, Gerakan OVOP merupakan pembangunan lintas sektoral yang melibatkan dinas atau badan terkait, aparatur kecamatan/desa dan masyarakat atau pelaku usaha mikro kecil dan menengah serta lembaga keuangan. “Kita telah berkomitmen untuk mendukung gerakan OVOP ini bekerja sama dengan para stakeholder atau pihak yang berkepentingan, agar kesejahteraan masyarakat dapat lebih baik,” papar Calon Gubernur Maluku Utara ini.
Komitmen itu akan diwujudkan dengan pencanangan gerakan OVOP ke depan disertai payung hukum dalam bentuk peraturan bupati atau surat keputusan bupati. “Juga akan dibuat kelompok kerja (pokja) yang bertugas mengawal jalannya Gerakan OVOP itu, leading sector-nya di Dinas terkait,” ungkap AHM.
Tahun depan, untuk mendukung Gerakan OVOP itu, sedangkan dilakukan penyusunan database atau pemetaan potensi apa saja yang terjadi di seluruh desa di Kep Sula yang dapat dikembangkan.
Terpisah, dengan Anggota DPRD Kep Sula Hi. Ismail Kharie, mengatakan, untuk menjalankan Gerakan OVOP ini, langkah awal yang ditempuh dengan menanggapi potensi seluruh kecamatan di Kep Sula. “Kemungkinan dengan program ini maka dinas terkait dapat menjalankan program yang sejalan dengan keinginan masyrakat bahwa yang diketahui sebagai besar adalah petani,”katanya.
Namun, Ismail juga menjelaskan bahwa untuk program ini diperlukan tenaga pendamping yang siap bekerja dan mengetahui struktur pembinaan petani desa yang mandiri.”Selama ini kita belum melakukan pembinaan melalui Sarjana Pendamping Desa (SPD),” ujarnya.
Saat ini, tambah dia, SPD belum ada yang berkeinginan untuk terjun ke desa-desa sebagai pendamping. Tetapi, malah ikut nongkrong di dalam kantor sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak mengarah.”Kita banyak menerima tenaga penyuluh, tetapi apa gunanya kalau hanya ditugaskan dalam kantor. Maka dengan gerakan OVOP ini, produk-produk unggulan akan terangkat ke permukaan sehingga dapat dilakukan pengembangan,” ujarnya. (din)

Tidak ada komentar: