SANANA— Pergelaran Musabaqah
Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Kabupaten Kep Sula ke IV yang diikuti 20
Kecamatan di Kepulauan Sula, tercoreng dengan aksi-aksi tidak terpuji oleh
oknum para dewan juri. Akibatnya, beberapa khalifah dari kecamatan merasa
dirugikan baik dalam mata lomba, jadwal, penetapan pemenang, pengaturan waktu.
Selain itu juga Panitia ternyata
tidak konsisten dengan jadwal yang telah dibuat. Pasalnya jadwal yang berlaku
tidak sesuai dengan para pimpinan khalifah. Bukan hanya itu juga ada oknum
dewan juri yang “bermain” untuk memenangkan salah satu khalifah.
Hal ini terlihat jelas dari acara
cerdas cermat yang berlangsung Rabu (7/3) kemarin. Dimana, peserta cerdas
cermat dari Waiboga (tuan rumah, red)
harus pulang dengan nada kecewa dan penuh tanggis. Pasalnya, dari 7 besar
peserta yang berhasil lolos dari babak pengisian mata lomba cerdas cermat yang
dibagi dua sesi lomba dengan cara sesi pertama terdiri dari empat regu dan sesi
kedua terdiri dari tiga regu. Panitia langsung mengumumkan juara 1 tanpa
melakukan sesi untuk mencari juara 1, 2 dan 3. Tetapi Oknum juri berinisial UST
H mengumumkan juara satu dijatuhkan pada Taliabu Utara (Desa Gela, red). Sontak
saja peserta dari Waiboga langsung histeris dengan tangisan dan bermohon untuk
diadu mencari jaura satu.”Biar juara satu Kecamatan Taliabu Utara, tetapi harus
kita uji coba lagi,”kata sejumlah pengunjung dan peserta yang berasal dari
Waiboga dan Bobong.
Bukan hanya itu, kejanggalan lain
yang menyebabkan kerugian kontingen adalah Tabona dimana salah seorang Qori
sedang naik mimbar malah ada oknum dewan juri menyuruhnya untuk turun. Namun
peserta tersebut tetap naik dan saat membaca surat Hud baru dua menit lampu
tanda kuning digantikan dengan kuning dan begitu seterusnya. Hingga belum usai
membaca surat tersebut Qori tersebut langsung menutupnya pada ayat kedelapan.”Qori
dari tabona juga “dianiaya” melalui waktu saat membaca ayat,”kata salah satu
ketua tim kecamatan di Taliabu.
Contoh lain lagi adalah
pelaksanaan jadwal dimana kontingen Loseng juga merasa dianiaya. Misalnya,
malam pertama salah satu qoriah Loseng tampil awal dan di tutup lagi dengan
qoriah dari loseng, sementara qoriah dari kecamatan lain tampil berturut-turut.
Hal ini terjadi karena panitia ternyata hanya bermain tebak-tebakan peserta
bukan berdasarkan undian.
Begitu juga dengan kaligrafi anak
usia sekolah dasar diadu dengan seorang peserta yang diduga jeblosan dari
pesantren.”Masa anak SD dari Lede untuk kaligrafi diadu dengan peserta yang
sudah berusia orang tua,”kata salah satu bidan di Waiboga.
Sementara itu, untuk jadwal panitia
memberikan jadwal jelang magrib dimana peserta akan mengikuti lomba tinggal
dalam hitungan jam. Padahal sejumlah peserta harus berjalan kaki sepanjang 2
kilometer dari tempat tinggal ke lokasi kegiatan.”Ini sangat tidak adil ada
yang pakai mobil dinas ada yang tidak untuk mengangkut peserta,”cetus salah
satu ketua kontingen yang namanya enggan disebutkan.
Padahal diketahui anggaran Pergelaran
Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Kabupaten Kep Sula ke IV yang diikuti
20 Kecamatan di Kepulauan Sula, menelan anggaran sebanyak 390 juta lebih.
Namun, sejumlah ketua kontingen yang rata-rata para camat menilai kegiatan ini dibuat
oleh panitia tidak berdasarkan mekanisme yang ada. (chu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar