SANANA,PM- Sebagian
jatah beras untuk rakyat miskin atau raskin di Kepsul, khususnya di kota Sanana, masih disalurkan tak mereta. Apalagi, di Pulau
Mangoli dan Taliabu, raskin menjadi persoalan rumit. Dimana di dua pulau itu
warga miskin ada yang mendapatkan dan ada juga yang tidak.
Informasi
yang dihimpun Posko Malut, dibeberapa kecamatan di Kota Sanana, menyebutkan
kalau pembagian raskin tidak merata. Dimana ada sau KK (kepala Keluarga)
mendapatkan jatah 15 kilo dan ada juga mendapatkan 5-10 kilo. Kendati demikian
namun petugas tetap meminta uang transportasi senilai Rp10 ribu.”Jadi pembagian
raskin itu banyak atau tidak tetap torang bayart Rp10 ribu,”kata Ina salah satu
warga Poheya.
Selain Ina,
Sara juga warga Mangon mengaku kalau pembagian itu sering berubah-ubah dalam
satu tahun.”Dorang kase selalu berubah-ubah, kadang dapat 15 kilo, kadang Cuma
dapat 12 kilo atau 10 kilo tapi dorang minta dana transportasi Rp10
ribu,”cetusnya.
Sementara
itu, di Taliabu sendiri untuk persoalan raskin banyak warga miskin yang tidak
dapat, kendati sebelumnya pernah diberikan. Namun, anehnya lagi di daerah ini
warga banyak tidak mendapat jatah tersebut.”Disini sering dapat sering tidak,
bahkan ada yang hanya dibagi 10 liter per KK,”kata Umar warga salati.
Hingga itu, Anggota
DPRD Kepsul Ridwan Soamole, menuturkan kalau persoalan raskin terjadi sedemikan
rupa di lapangan, maka sebelum pembagian perlu dilakukan cros-cek berapa banyak
yang diminta perkecamatan. Agar supaya permintaan ke ternate sesuai dengan kebutuhan.
Agar supaya jangan sampai terjadi kalingkong di lapangan.”Pemerintah perlu
melakukan pengawasan penyalauran raskin ini, agar tidak terjadi ketimbangan di
lapangan,”katanya.
Sedangkan
terkait dengan persoalan uang yang diminta itu perlu diturunkan, karena berapa
banyak penerima, maka uang itu akan melebihi jumlah transportasi yang dijadikan
alasan.”Kalau bisa Rp5000 saja, kalau 100 orang dikalikan Rp10.000, apakah
tidak melebih kapasitas transportasi,”tandasnya. (din)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar