SANANA, PM–Pemerintah Kabupaten
Kepulauan Sula, diperkirakan setiap tahun mengalami kerugian sekitar 1 miliar,
akibat botor bodong yang beredar di Pulau Taliabu dan Mangoli. Karena, selama
ini motor-motor tersebut tidak pernah dipunggut retribusi pajak kenderaan.
Hal ini dikatakan
Kepala Samsat Sanana, Arifin Madjid, kepada Posko Malut, kemarin, bahwa
pihaknya masih mencari solusi terkait dengan maraknya kendaraan tanpa surat
yang masuk ke daerah Taliabu dan Mangoli.”kita masih mencari solusi untuk hal
tersebut bersama pihak polres,”katanya.
Bila ada solusi terutama dalam penerbitan STNK, maka
tidak menutup kemungkinan nilai angka pajak kendaraan di kepsul ini mencapai
miliaran.”Kita sudah menghitungnya bila mereka bayar pajak, maka angka 1 miliar
untuk pajak itu bisa dicapai,”akunya.
Selain persoalan motor tanpa surat, ternyata di kepsul
juga masih diselimuti motor asal luar daerah yang masih enggan melakukan
pembayaran pajak, karena setengah motor dari luar daerah itu masih berstatus
kredit.”memang masih minim pembayaran pajak kendaraan motor maupun mobil dari
luar daerah,”cetusnya.
Sementara itu, Kasat Lantas Polres Kepsul Kasat Lantas
Polres Kepsul AKP Setyo Agus Hermawan, yang dihubungi
secara terpisah, membenarkan kalau saat ini pihaknya masih terus melakukan
penertiban. Dan langkah penertiban dilakukan mulai dari kapal yang masuk dari
Ternate ke Sanana. Namun, untuk daerah pulau taliabu masih susah dijangkau,
karena rata-rata motor dari Luwuk yang dibawah dengan menggunakan kapal kayu.”Kalau
dari Ternate kita sudah bisa antisipasi, tapi kalau Taliabu masih ada
kesulitan,”katanya.
Namun, dirinya mengakui kalau mobil tanpa plat ini memang
sangat merugikan daerah, karena tidak membayar pajak.”Bagaimana mau bayar pajak
kalau tidak ada surat, jadi susah, padahal jumlahnya sangat banyak, begitu juga
kendaraan dari luar daerah yang beroperasi dengan plat luar rata-rata masih
tersandung kredit,”tuturnya.
Ketika disentil mengani usulan warga untuk terbitkan
STNK, Kasat sendiri mengaku sejauh ini belum ada pembicaraan ataupun perintah
dari pimpinan terutama Dir Lantas Polda, kendati motor itu jelas sangat
merugikan negara terutama daerah.”Belum ada pembicaraan diantara pucuk pimpinan
mengenai hal tersebut,”tandasnya. (din)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar