Rabu, 24 Agustus 2011

Petani Rumput Laut Keluhkan Cuaca Tidak Menentu

Panen Rumput Laut Di Taliabu
SANANA, PM--Petani rumput laut di Taliabu, mengeluhkan cuaca tidak menentu dalam beberapa waktu terakhir. Hujan yang turun tidak menentu, sangat berpengaruh pada kondisi rumput laut siap panen dan proses pengeringan rumput laut yang sudah dipanen. Kondisi paling berbahaya ketika hujan lebat turun sementara rumput laut sedang berkembang. Jika terkena paparan langsung air hujan, batang rumput laut akan hancur.
“Kalau sudah begitu, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kondisi cuaca akhir-akhir ini memang cukup berpengaruh terhadap kondisi tanaman rumput laut,” ujar Junaidi, salah seorang petani rumput laut kepada Posko Malut, kemarin.

Selain berbahaya untuk tanaman rumput laut yang sedang berkembang, hujan juga sangat berpengaruh pada proses pasca panen.  Seperti yang terjadi saat ini, dimana ratusan petani rumput laut di Taliabu sedang melaksanakan panen raya. “Karena cuaca rencana panen gagal total,”tuturnya.
Cuaca yang tidak menentu, membuat proses pengeringan berlangsung lambat. Jika dalam kondisi cuaca normal, proses pengeringan paling lama dilaksanakan dua hari. Tetapi jika hujan pengeringan bisa berlangsung lima  sampai tujuh hari, bahkan lebih dari satu minggu.“Rumput laut yang terkena hujan saat pengeringan biasanya berubah warna menjadi putih. Tetapi syukurnya hal itu tidak mempengaruhi kualitas, hanya waktu pengeringan saja yang lama,” imbuh Adri salah satu nelayan rumput laut.
Taliabu sendiri, saat ini menjadi sentra produksi rumput laut ke Luwuk dan banggai sampai Surabaya. Dari sekitar 200 kk warga di setiap desa merupakan petani rumput laut. Setiap bulan, produksi mencapai 20 hingga 30 ton. Rumput laut Taliabu terkenal dengan kualitasnya yang bagus, sehingga saat ini sudah mampu menembus pasar nasional dan dikirim ke berbagai daerah. Namun, tidak menggunakan Nama Taliabu melainkan luwuk dan banggai, karena kurangnya perhatian Pemda dalam impor. (din)

Tidak ada komentar: