Panen Rumput Laut Di Taliabu |
SANANA, PM--Petani rumput laut di
Taliabu, mengeluhkan cuaca tidak menentu dalam beberapa waktu terakhir. Hujan
yang turun tidak menentu, sangat berpengaruh pada kondisi rumput laut siap
panen dan proses pengeringan rumput laut yang sudah dipanen. Kondisi paling
berbahaya ketika hujan lebat turun sementara rumput laut sedang berkembang.
Jika terkena paparan langsung air hujan, batang rumput laut akan hancur.
“Kalau sudah begitu, kami tidak
bisa berbuat apa-apa. Kondisi cuaca akhir-akhir ini memang cukup berpengaruh
terhadap kondisi tanaman rumput laut,” ujar Junaidi, salah seorang petani
rumput laut kepada Posko Malut, kemarin.
Selain berbahaya untuk tanaman
rumput laut yang sedang berkembang, hujan juga sangat berpengaruh pada proses
pasca panen. Seperti yang terjadi saat
ini, dimana ratusan petani rumput laut di Taliabu sedang melaksanakan panen
raya. “Karena cuaca rencana panen gagal total,”tuturnya.
Cuaca yang tidak menentu, membuat
proses pengeringan berlangsung lambat. Jika dalam kondisi cuaca normal, proses
pengeringan paling lama dilaksanakan dua hari. Tetapi jika hujan pengeringan
bisa berlangsung lima sampai tujuh hari,
bahkan lebih dari satu minggu.“Rumput laut yang terkena hujan saat pengeringan
biasanya berubah warna menjadi putih. Tetapi syukurnya hal itu tidak
mempengaruhi kualitas, hanya waktu pengeringan saja yang lama,” imbuh Adri
salah satu nelayan rumput laut.
Taliabu sendiri, saat ini menjadi
sentra produksi rumput laut ke Luwuk dan banggai sampai Surabaya. Dari sekitar 200
kk warga di setiap desa merupakan petani rumput laut. Setiap bulan, produksi
mencapai 20 hingga 30 ton. Rumput laut Taliabu terkenal dengan kualitasnya yang
bagus, sehingga saat ini sudah mampu menembus pasar nasional dan dikirim ke
berbagai daerah. Namun, tidak menggunakan Nama Taliabu melainkan luwuk dan banggai,
karena kurangnya perhatian Pemda dalam impor. (din)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar