SANANA-- Kafilah Kecamatan
Mangoli Tengah (Manteng) sukses menjadi juara umum dalam perhelatan Musabaqah
Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-IV, tingkat Kabupaten Kepulauan Sula yang dihelat
mulai 5 s/d 10 Maret 2012, di Sulabesi Tengah, tepatnya desa Waiboga. Di ajang
tersebut, Kecamatan Manteng berhasil dengan angka 786. Demikian hasil keputusan
dewan juri.
Kendati keputusan Dewan juri
dinilai kontroversi, karena Surat Keputusan Dewan juri yang mengatakan
keputusan dewan juri tidak bisa diganggu gugat. Namun, buktinya kesalahan yang
dilakukan pihak Dewan juri bukan hanya satu. Namun, ada sekitar 8 peserta yang
Dewan Juri salah meletakan Kafilah mereka. Hingga itu, dinilai SK dewan juri
itu tergugat dengan kesalahan sendiri.”Gimana membuat SK tanpa melihatnya
dengan jelas, bukankah ini adalah kesalahan sejak awal yang dilakukan Dewan
Juri dalam mengambil keputusan tanpa melibatkan panitia, akibatnya SK itu
digugat sendiri oleh dewan Juri,”kata pengunjung.
Dari 20 Kecamatan peserta MTQ,
juga ada kecamatan yang sama sekali tidak memperoleh medali dari seluruh cabang
yang dipertandingkan, namun mereka rata-rata kecamatan yang baru dimekarkan.
Tetapi ada kecamatan yang terbilang tua dan sudah sering mengikuti kegiatan
serupa hanya memperoleh tiga medali. Misalnya, Kecamatan Sanana. Sedangkan
kecamatan termuda yakni Tabona memperoleh medali berupa 1 juara harapan dalam
satu mata lomba.
Sebelum menutup secara resmi
perhelatan tahunan tersebut, Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Sula Hi. Syafi
Pauwah, membacakan sambutan Bupati Kepulauan Sula Hi. Ahamad Hidayat Mus, mengatakan
salut dan bangga atas penyelengaraan MTQ ke IV di Waiboga, karena dapat
dihadiri oleh 20 peserta penuh dari kecamatan, baik kecamatan termuda maupun
yang tertua."Kami pemerintah Daerah yakin MTQ memberikan dampak positif
bagi syiar Islam dan dapat mempererat tali persaudaraan warga dan masyarakat di
Kabupaten kepulauan Sula,”katanya.
Dia juga berharap tahun akan
datang, MTQ dapat dilaksanakan dengan lebih baik lagi agar tujuan MTQ tersebut
dapat terwujud. Karenanya ia minta agar MTQ dapat meninggalkan bekas yang
positif dalam bentuk karakter masyarakat Kabupaten Kepulauan Sula seperti apa
yang terkandung dalam Alquran. "MTQ di Waiboga berjalan lancar, aman dan
kondusif. Saya bersyukur hal ini berjalan dengan baik dan tidak ada gangguan
apapun. Oleh karena itu saya berharap MTQ hendaknya bisa menjadi jembatan
harmonisasi sosial di tengah- tengah masyarakat yang multi etnis dan mejemuk
ini," ujarnya.
Sementara itu, pantauan wartawan
Fajar Malut di lapangan kegiatan yang awalnya meriah ini, tiba-tiba menjadi
sebuah lelocuan warga, karena dewan juri beberapa kali salah mengucapkan
kafilah dari kecamatan sebagai juara. Hingga protes terus bergulir, begitu juga
penyebutan juara umum membuat penonton bersorak. Dan suasana kembali normal
setelah pentas seni seperti kafilah Lede, Tabona dan parade dari anak SD
diseputaran Waiboga menghibur peserta. Namun, lagi-lagi, kegiatan yang bersifat
religus ini menjadi perbincangan ketika lima orang akan naik dengan tarian
poco-poco dengan menggunakan celana pendek.
Kejanggalan lain, ternyata
panitia pelaksanaan MTQ kali ini tidak menyediakan hadiah dalam bentuk tropy
untuk para pemenang, tetapi berupa bonus pembinaa. Akibatnya, sejumlah peserta
saling bertanya-tanya mengenai piala bergilir yang akan diperebutkan.”Wah masa
Cuma amplop ini seperti ikut seminar saja habis dibagikan disuruh tanda
tangan,”kata salah satu peserta dari Mangoli dengan nada kecewa. (chu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar